Senin, 07 April 2014

Sejarah Astronomi




                              
Cahaya Dari Angkasa
Sejak  dulu kala, nenek moyang manusia dibuat kagum oleh bintang-bintang yang berkelip. Berbagai pertanyaan, seperti mengapa bintang bisa bercahaya, dan apakah bintang dapat memengaruhi nasib manusia, merasuki benak manusia ketika mereka memandang langit.
Takdir dari Angkasa
Kedip cahaya dari angkasa diterjemahkan sebagai kabar dari dewa akan datangnya sebuah takdir, kabar akan keberuntungan maupun nasib sial. Hadrnya komet, gerhana matahari, dan gerhana bulan dimaknai dengan berbagai tafsir akan datangnya suatu kejadian. Orang mesir kuno menggunakan Bintang Sirius di belahan langit timur sebagai tanda akan datangnya banjir di Sungai Nil. Masyarakat nusantara menggunakan rasi Waluku (Orion) yang membentuk rangkaian seperti bajak sawah tradisional sebagai pedoman dimulainya masa bercocok tanam. Sedangkan rasi Crux (Southern Cross), atau yang kita kenal sebagai Gubug Penceng, digunakan sebagai petunjuk navigasi dalam pelayaran.
Penanggalan 30 Hari Setiap Bulan
Penemuan kalender sudah sangat tua, ilmuan Mesopotamia pada zaman raja Babilonia Hammurabi (c. 1792-1750) telah membagi khatulistiwa menjadi 360 derajat. Pada zaman itu pula bangsa sumeria, Babilonia, dan Mesir kuno telah menentukan penanggalan 30 hari tiap bulan serta setahun terdiri atas 12 bulan. Tidak hanya disitu, mereka juga menetapkan sehari terbagi menjadi 24 jam, siang dan malam masing-masing 12 jam. Lebih jauh lagi, setiap jam terdiri atas 60 menit.
Babilonia Mendasari Ilmu Astronomi
Astronomi Babilonia merujuk ilmu perbintangan yang dikembangkan di Mesopotamia, daerah yang diapit Sungai Tigris dan Eufrat. Di Mesopotamia berkembang kerajaan kuno Sumeria, Akadia, Asyira, Babilonia, dan Kaldea (Babilonia Baru). Astronomi Babilonia mendasari banyak tradisi astronomi yang dikembangkan bangsa yunani (baik klasik maupun Helenistik), India Klasik, Sasanid (Persia), Bizantium, dan Eropa Barat. Dasar-dasar astronomi Barat di temukan di Mesopotamia, berupa papan tanah liat dengan huruf paku peninggalan Sumeria, sekitar 3500-3000 SM. Tulisan bangsa Sumeria disebut tulisan paku (cuneiform). Mereka menggunakan + 350 tanda gambar dan setiap gambar merupakan satu suku kata .

0 komentar:

Posting Komentar