Cahaya Dari Angkasa
Sejak dulu kala, nenek
moyang manusia dibuat kagum oleh bintang-bintang yang berkelip. Berbagai
pertanyaan, seperti mengapa bintang bisa bercahaya, dan apakah bintang dapat memengaruhi
nasib manusia, merasuki benak manusia ketika mereka memandang langit.
Takdir dari Angkasa
Kedip cahaya dari angkasa
diterjemahkan sebagai kabar dari dewa akan datangnya sebuah takdir, kabar akan
keberuntungan maupun nasib sial. Hadrnya komet, gerhana matahari, dan gerhana
bulan dimaknai dengan berbagai tafsir akan datangnya suatu kejadian. Orang
mesir kuno menggunakan Bintang Sirius di belahan langit timur sebagai tanda
akan datangnya banjir di Sungai Nil. Masyarakat nusantara menggunakan rasi Waluku
(Orion) yang membentuk rangkaian seperti bajak sawah tradisional sebagai
pedoman dimulainya masa bercocok tanam. Sedangkan rasi Crux (Southern Cross),
atau yang kita kenal sebagai Gubug Penceng, digunakan sebagai petunjuk navigasi
dalam pelayaran.
Penanggalan 30 Hari Setiap Bulan
Penemuan kalender sudah
sangat tua, ilmuan Mesopotamia pada zaman raja Babilonia Hammurabi (c. 1792-1750)
telah membagi khatulistiwa menjadi 360 derajat. Pada zaman itu pula bangsa
sumeria, Babilonia, dan Mesir kuno telah menentukan penanggalan 30 hari tiap
bulan serta setahun terdiri atas 12 bulan. Tidak hanya disitu, mereka juga
menetapkan sehari terbagi menjadi 24 jam, siang dan malam masing-masing 12 jam.
Lebih jauh lagi, setiap jam terdiri atas 60 menit.
Babilonia Mendasari Ilmu Astronomi
Astronomi Babilonia merujuk
ilmu perbintangan yang dikembangkan di Mesopotamia, daerah yang diapit Sungai
Tigris dan Eufrat. Di Mesopotamia berkembang kerajaan kuno Sumeria, Akadia,
Asyira, Babilonia, dan Kaldea (Babilonia Baru). Astronomi Babilonia mendasari
banyak tradisi astronomi yang dikembangkan bangsa yunani (baik klasik maupun
Helenistik), India Klasik, Sasanid (Persia), Bizantium, dan Eropa Barat.
Dasar-dasar astronomi Barat di temukan di Mesopotamia, berupa papan tanah liat
dengan huruf paku peninggalan Sumeria, sekitar 3500-3000 SM. Tulisan bangsa
Sumeria disebut tulisan paku (cuneiform). Mereka menggunakan + 350 tanda
gambar dan setiap gambar merupakan satu suku kata .
0 komentar:
Posting Komentar